Sebelumnya voa-islam sudah mengutip perkataan Ustadz Umar Mita bahwa tanah Syam, termasuk Suriah, adalah tanah yang diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’aala. Dan bahwasanya keberkahan yang diberikan oleh Allah kepada Suriah adalah berupa ujian untuk meningkatkan keimanan mereka sehingga mereka menjadi hamba-hamba Allah pilihan. Dan dalam jihad Suriah pun Allah turunkan karomah sebagai pertolongan Allah kepada mereka. Namun ada karomah yang tinggi yang dmiliki oleh penduduk muslim Suriah.
“Saya akan ceritakan tentang karomah yang paling tinggi. Karomah yang paling tinggi itu bukan yang dimaksud ketika kita ditembak tidak mati. Imam Ibnu Taimiyyah mengatakan A’zhamul karomah luzumul istiqomah, karomah yang paling besar adalah ketika seseorang diberikan istiqomah terhadap imannya. Itu bentuk karomah yang luar biasa. Dan ini pertama kali yang saya rekam sejak saya di sana. Bagaiamana saya melihat kondisi mereka yang sangat sulit” mulai Ustadz yang akan menceritakan tentang karomah muslimin Suriah.
Mereka hidup tak selayaknya sebagaimana yang kita rasakan. Kita bisa pergi dan pulang sesuka hati kita. Parkir mobil di tempat yang kita kehendaki. Ketika kita ingin makan, kita bisa berganti-ganti menu. Namun di Suriah, sejauh mata memandang itu layaknya kota mati. Taka banyak yang berada di luar, kecuali satu atau dua orang.
Setiap saat mereka dihujani roket tentara Bashar al-Assad. Namun dalam kondisi seperti itu, mereka tidak pernah mengeluarkan kata-kata keluhan, apalagi sampai menyalahkan mujahidin yang berjihad melawan Rezim Tiran Bashar al-Assad.
Pengalaman yang paling mengesankan, ketika berada di rumah sakit dan tiba-tiba terdengar suara gelegar roket yang jatuh dekat dengan bangunan rumah sakit. Rumah sakit di sana tidak diberikan tanda khusus. Dan kalau diberikan tanda khusus, maka tempat itu akan jadi sasaran tentara Bashar. Hantaman roket itu berdampak keras. Sampai engsel pintu lepas. Tetapi, mereka yang berada dalam ruangan selamat.
.......Yang sangat luar biasa menurut Ustadz Mita adalah ketika malam datang. Mereka semua berkunjung ke rumah ayah Abdullah untuk menyampaikan bela sungkawa. Apalagi setelah mengetahui bahwa kedua anak beliau telah syahid di jalan Allah. Istrinya pun gugur di bawah reruntuhan bangunan. Artinya dia hidup sebatang kara.....
Meski demikian, 5 mujahidin yang berjaga-jaga di luar terkena serangan tersebut dan mengalami luka-luka. Ada salah seorang ikhwan yang terkena serangan itu, waktu subuh ikut berjamaah dengan rombongan Ustadz Umar. Namanya Abdullah Brimo. Orangnya baik, santu, putih dan sopan sekali. Ustadz Umar pun sempat bercanda dengannya kalau seandainya Ustadz punya anak perempuan akan dinikahkan dengannya.
Hari itu menjadi hari terakhir baginya. Abdullah termasuk yang dibawa ke rumah sakit untuk ditangani secara medis. Luka bagian depan nampak sangat kecil. Namun serpihan yang masuk ke dalam bagian tubuh akan menjebol bagian belakang dan akan membuat luka seperti pecahan. Para ikhwan pun nangis melihat kondisinya. Karena mereka merasakan kebaikan seorang Abdullah. Dokter sudah berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatnya. Namun takdir Allah berbicara lain. Ia pun menghembuskan nafas terakhir.
....“Kalian mau apa? Kalau kalian hanya ingin takziyah dan mengucapkan belasungkawa, gak perlu. Kami akan menemui kalian di rumah sakit. Kalian kan biasanya orang yang berada di rumah sakit. Tapi kalau kalian ingin menguicapkan selamat, karena Allah telah memilih anak saya, maka silahkan” tutur bapak itu yang menghujam di hati Ustadz Umar.....
Yang sangat luar biasa menurut Ustadz Mita adalah ketika malam datang. Mereka semua berkunjung ke rumah ayah Abdullah untuk menyampaikan bela sungkawa. Apalagi setelah mengetahui bahwa kedua anak beliau telah syahid di jalan Allah. Istrinya pun gugur di bawah reruntuhan bangunan. Artinya dia hidup sebatang kara.
Namun, saat Ustadz bersama tim datang mengunjungi rumah beliau untuk takziyah dan memberikan bantuan. Ketika sampai di rumah, Ustadz lulusan LIPIA itu kaget melihat rumahnya yang hanya 4x6 dan hanya ditutup dengan tirai. Tirai masjid dan musholla di Indonesia masih lebih bagus daripada milik orang tua itu. Padahal kondisi di sana sangat dingin sekitar 3 derajat. Kata-kata yang keluar dari Muslim sepuh Suriah itu mencengangkan.
“Kalian mau apa? Kalau kalian hanya ingin takziyah dan mengucapkan belasungkawa, gak perlu. Kami akan menemui kalian di rumah sakit. Kalian kan biasanya orang yang berada di rumah sakit. Tapi kalau kalian ingin menguicapkan selamat, karena Allah telah memilih anak saya, maka silahkan” tutur bapak itu yang menghujam di hati Ustadz Umar.
Kata-kata itu adalah kata-kata akidah. Yang tidak keluar4 kecuali dari kekuatan akidah antara seorang hamba dengan Rabbnya. Beliau mungkin bukan orang pesantren dan ahli agama. Namun akidahnya itu menunjukkan betapa besar keyakinan ia kepada Allah.setioap orang tua membayangkan akan dikuburkan anaknya. Namun orang tua ini berbeda. Dia kepingin menguburkan anaknya dalam keadaan syahid.
Dan beliau senang apabila ada yang membacakan Al-Qur’an atau hadits atau tentang kisah Nabi dan para sahabat. Utsadz punterdiam saat diminta untuk membacakan salah satu kisah sahabat. Bagaimana tidak tertegun. Orang yang kehilangan semua anggota keluarganya kini berusaha untuk membahagiakan tamu dan ingin dibacakan kisah sahbat. Lalu Ustadz Mita membacakan kisahnya Abdullah bin Harom ketika ia meninggal.
baru bapak itu tersenyum dan berkata, “Allah itu memilih anak saya karena Allah pasti tau bahwa tempat yang saya sediakan untuk anak saya itu tidak seberapa baiknya tempat yang Allah berikan untuk anak saya” tuturnya.[usamah]
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2013/12/04/27952/inilah-karomah-terbesar-yang-dimiliki-penduduk-muslim-suriah/#sthash.4f2HFGja.dpuf
Ahad
(01/12/13) HASI (Hilal Ahmar Society Indonesia) bersama dengan lembaga
yang lain memberikan pencerahan kepada muslimin dengan menyelengggarakan
bedah buku Ayaturrahman fi Jihad Suriah (Kebesaran Allah pada Jihad Suriah)di Masjid Agung Al-Barkah, alun-alun Kota Bekasi.
Sebelumnya voa-islam sudah mengutip
perkataan Ustadz Umar Mita bahwa tanah Syam, termasuk Suriah, adalah
tanah yang diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’aala. Dan bahwasanya keberkahan yang diberikan oleh Allah kepada Suriah
adalah berupa ujian untuk meningkatkan keimanan mereka sehingga mereka
menjadi hamba-hamba Allah pilihan. Dan dalam jihad Suriah pun Allah
turunkan karomah sebagai pertolongan Allah kepada mereka. Namun ada
karomah yang tinggi yang dmiliki oleh penduduk muslim Suriah.
“Saya akan ceritakan tentang karomah
yang paling tinggi. Karomah yang paling tinggi itu bukan yang dimaksud
ketika kita ditembak tidak mati. Imam Ibnu Taimiyyah mengatakan A’zhamul karomah luzumul istiqomah,
karomah yang paling besar adalah ketika seseorang diberikan istiqomah
terhadap imannya. Itu bentuk karomah yang luar biasa. Dan ini pertama
kali yang saya rekam sejak saya di sana. Bagaiamana saya melihat kondisi
mereka yang sangat sulit” mulai Ustadz yang akan menceritakan tentang
karomah muslimin Suriah.
Mereka hidup tak selayaknya sebagaimana
yang kita rasakan. Kita bisa pergi dan pulang sesuka hati kita. Parkir
mobil di tempat yang kita kehendaki. Ketika kita ingin makan, kita bisa
berganti-ganti menu. Namun di Suriah, sejauh mata memandang itu layaknya
kota mati. Taka banyak yang berada di luar, kecuali satu atau dua
orang.
Setiap saat mereka dihujani roket
tentara Bashar al-Assad. Namun dalam kondisi seperti itu, mereka tidak
pernah mengeluarkan kata-kata keluhan, apalagi sampai menyalahkan
mujahidin yang berjihad melawan Rezim Tiran Bashar al-Assad.
Pengalaman yang paling mengesankan,
ketika berada di rumah sakit dan tiba-tiba terdengar suara gelegar roket
yang jatuh dekat dengan bangunan rumah sakit. Rumah sakit di sana tidak
diberikan tanda khusus. Dan kalau diberikan tanda khusus, maka tempat
itu akan jadi sasaran tentara Bashar. Hantaman roket itu berdampak
keras. Sampai engsel pintu lepas. Tetapi, mereka yang berada dalam
ruangan selamat.
.......Yang sangat luar biasa menurut Ustadz Mita adalah ketika malam datang. Mereka semua berkunjung ke rumah ayah Abdullah untuk menyampaikan bela sungkawa. Apalagi setelah mengetahui bahwa kedua anak beliau telah syahid di jalan Allah. Istrinya pun gugur di bawah reruntuhan bangunan. Artinya dia hidup sebatang kara.....
Meski demikian, 5 mujahidin yang
berjaga-jaga di luar terkena serangan tersebut dan mengalami luka-luka.
Ada salah seorang ikhwan yang terkena serangan itu, waktu subuh ikut
berjamaah dengan rombongan Ustadz Umar. Namanya Abdullah Brimo. Orangnya
baik, santu, putih dan sopan sekali. Ustadz Umar pun sempat bercanda
dengannya kalau seandainya Ustadz punya anak perempuan akan dinikahkan
dengannya.
Hari itu menjadi hari terakhir baginya.
Abdullah termasuk yang dibawa ke rumah sakit untuk ditangani secara
medis. Luka bagian depan nampak sangat kecil. Namun serpihan yang masuk
ke dalam bagian tubuh akan menjebol bagian belakang dan akan membuat
luka seperti pecahan. Para ikhwan pun nangis melihat kondisinya. Karena
mereka merasakan kebaikan seorang Abdullah. Dokter sudah berusaha sekuat
tenaga untuk menyelamatnya. Namun takdir Allah berbicara lain. Ia pun
menghembuskan nafas terakhir.
....“Kalian mau apa? Kalau kalian hanya ingin takziyah dan mengucapkan belasungkawa, gak perlu. Kami akan menemui kalian di rumah sakit. Kalian kan biasanya orang yang berada di rumah sakit. Tapi kalau kalian ingin menguicapkan selamat, karena Allah telah memilih anak saya, maka silahkan” tutur bapak itu yang menghujam di hati Ustadz Umar.....
Yang sangat luar biasa menurut Ustadz
Mita adalah ketika malam datang. Mereka semua berkunjung ke rumah ayah
Abdullah untuk menyampaikan bela sungkawa. Apalagi setelah mengetahui
bahwa kedua anak beliau telah syahid di jalan Allah. Istrinya pun gugur
di bawah reruntuhan bangunan. Artinya dia hidup sebatang kara.
Namun, saat Ustadz bersama tim datang
mengunjungi rumah beliau untuk takziyah dan memberikan bantuan. Ketika
sampai di rumah, Ustadz lulusan LIPIA itu kaget melihat rumahnya yang
hanya 4x6 dan hanya ditutup dengan tirai. Tirai masjid dan musholla di
Indonesia masih lebih bagus daripada milik orang tua itu. Padahal
kondisi di sana sangat dingin sekitar 3 derajat. Kata-kata yang keluar
dari Muslim sepuh Suriah itu mencengangkan.
“Kalian mau apa? Kalau kalian hanya
ingin takziyah dan mengucapkan belasungkawa, gak perlu. Kami akan
menemui kalian di rumah sakit. Kalian kan biasanya orang yang berada di
rumah sakit. Tapi kalau kalian ingin menguicapkan selamat, karena Allah
telah memilih anak saya, maka silahkan” tutur bapak itu yang menghujam
di hati Ustadz Umar.
Kata-kata itu adalah kata-kata akidah.
Yang tidak keluar4 kecuali dari kekuatan akidah antara seorang hamba
dengan Rabbnya. Beliau mungkin bukan orang pesantren dan ahli agama.
Namun akidahnya itu menunjukkan betapa besar keyakinan ia kepada
Allah.setioap orang tua membayangkan akan dikuburkan anaknya. Namun
orang tua ini berbeda. Dia kepingin menguburkan anaknya dalam keadaan
syahid.
Dan beliau senang apabila ada yang
membacakan Al-Qur’an atau hadits atau tentang kisah Nabi dan para
sahabat. Utsadz punterdiam saat diminta untuk membacakan salah satu
kisah sahabat. Bagaimana tidak tertegun. Orang yang kehilangan semua
anggota keluarganya kini berusaha untuk membahagiakan tamu dan ingin
dibacakan kisah sahbat. Lalu Ustadz Mita membacakan kisahnya Abdullah
bin Harom ketika ia meninggal.
baru bapak itu tersenyum dan berkata,
“Allah itu memilih anak saya karena Allah pasti tau bahwa tempat yang
saya sediakan untuk anak saya itu tidak seberapa baiknya tempat yang
Allah berikan untuk anak saya” tuturnya.[usamah]
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2013/12/04/27952/inilah-karomah-terbesar-yang-dimiliki-penduduk-muslim-suriah/#sthash.4f2HFGja.dpuf
Ahad
(01/12/13) HASI (Hilal Ahmar Society Indonesia) bersama dengan lembaga
yang lain memberikan pencerahan kepada muslimin dengan menyelengggarakan
bedah buku Ayaturrahman fi Jihad Suriah (Kebesaran Allah pada Jihad Suriah)di Masjid Agung Al-Barkah, alun-alun Kota Bekasi.
Sebelumnya voa-islam sudah mengutip
perkataan Ustadz Umar Mita bahwa tanah Syam, termasuk Suriah, adalah
tanah yang diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’aala. Dan bahwasanya keberkahan yang diberikan oleh Allah kepada Suriah
adalah berupa ujian untuk meningkatkan keimanan mereka sehingga mereka
menjadi hamba-hamba Allah pilihan. Dan dalam jihad Suriah pun Allah
turunkan karomah sebagai pertolongan Allah kepada mereka. Namun ada
karomah yang tinggi yang dmiliki oleh penduduk muslim Suriah.
“Saya akan ceritakan tentang karomah
yang paling tinggi. Karomah yang paling tinggi itu bukan yang dimaksud
ketika kita ditembak tidak mati. Imam Ibnu Taimiyyah mengatakan A’zhamul karomah luzumul istiqomah,
karomah yang paling besar adalah ketika seseorang diberikan istiqomah
terhadap imannya. Itu bentuk karomah yang luar biasa. Dan ini pertama
kali yang saya rekam sejak saya di sana. Bagaiamana saya melihat kondisi
mereka yang sangat sulit” mulai Ustadz yang akan menceritakan tentang
karomah muslimin Suriah.
Mereka hidup tak selayaknya sebagaimana
yang kita rasakan. Kita bisa pergi dan pulang sesuka hati kita. Parkir
mobil di tempat yang kita kehendaki. Ketika kita ingin makan, kita bisa
berganti-ganti menu. Namun di Suriah, sejauh mata memandang itu layaknya
kota mati. Taka banyak yang berada di luar, kecuali satu atau dua
orang.
Setiap saat mereka dihujani roket
tentara Bashar al-Assad. Namun dalam kondisi seperti itu, mereka tidak
pernah mengeluarkan kata-kata keluhan, apalagi sampai menyalahkan
mujahidin yang berjihad melawan Rezim Tiran Bashar al-Assad.
Pengalaman yang paling mengesankan,
ketika berada di rumah sakit dan tiba-tiba terdengar suara gelegar roket
yang jatuh dekat dengan bangunan rumah sakit. Rumah sakit di sana tidak
diberikan tanda khusus. Dan kalau diberikan tanda khusus, maka tempat
itu akan jadi sasaran tentara Bashar. Hantaman roket itu berdampak
keras. Sampai engsel pintu lepas. Tetapi, mereka yang berada dalam
ruangan selamat.
.......Yang sangat luar biasa menurut Ustadz Mita adalah ketika malam datang. Mereka semua berkunjung ke rumah ayah Abdullah untuk menyampaikan bela sungkawa. Apalagi setelah mengetahui bahwa kedua anak beliau telah syahid di jalan Allah. Istrinya pun gugur di bawah reruntuhan bangunan. Artinya dia hidup sebatang kara.....
Meski demikian, 5 mujahidin yang
berjaga-jaga di luar terkena serangan tersebut dan mengalami luka-luka.
Ada salah seorang ikhwan yang terkena serangan itu, waktu subuh ikut
berjamaah dengan rombongan Ustadz Umar. Namanya Abdullah Brimo. Orangnya
baik, santu, putih dan sopan sekali. Ustadz Umar pun sempat bercanda
dengannya kalau seandainya Ustadz punya anak perempuan akan dinikahkan
dengannya.
Hari itu menjadi hari terakhir baginya.
Abdullah termasuk yang dibawa ke rumah sakit untuk ditangani secara
medis. Luka bagian depan nampak sangat kecil. Namun serpihan yang masuk
ke dalam bagian tubuh akan menjebol bagian belakang dan akan membuat
luka seperti pecahan. Para ikhwan pun nangis melihat kondisinya. Karena
mereka merasakan kebaikan seorang Abdullah. Dokter sudah berusaha sekuat
tenaga untuk menyelamatnya. Namun takdir Allah berbicara lain. Ia pun
menghembuskan nafas terakhir.
....“Kalian mau apa? Kalau kalian hanya ingin takziyah dan mengucapkan belasungkawa, gak perlu. Kami akan menemui kalian di rumah sakit. Kalian kan biasanya orang yang berada di rumah sakit. Tapi kalau kalian ingin menguicapkan selamat, karena Allah telah memilih anak saya, maka silahkan” tutur bapak itu yang menghujam di hati Ustadz Umar.....
Yang sangat luar biasa menurut Ustadz
Mita adalah ketika malam datang. Mereka semua berkunjung ke rumah ayah
Abdullah untuk menyampaikan bela sungkawa. Apalagi setelah mengetahui
bahwa kedua anak beliau telah syahid di jalan Allah. Istrinya pun gugur
di bawah reruntuhan bangunan. Artinya dia hidup sebatang kara.
Namun, saat Ustadz bersama tim datang
mengunjungi rumah beliau untuk takziyah dan memberikan bantuan. Ketika
sampai di rumah, Ustadz lulusan LIPIA itu kaget melihat rumahnya yang
hanya 4x6 dan hanya ditutup dengan tirai. Tirai masjid dan musholla di
Indonesia masih lebih bagus daripada milik orang tua itu. Padahal
kondisi di sana sangat dingin sekitar 3 derajat. Kata-kata yang keluar
dari Muslim sepuh Suriah itu mencengangkan.
“Kalian mau apa? Kalau kalian hanya
ingin takziyah dan mengucapkan belasungkawa, gak perlu. Kami akan
menemui kalian di rumah sakit. Kalian kan biasanya orang yang berada di
rumah sakit. Tapi kalau kalian ingin menguicapkan selamat, karena Allah
telah memilih anak saya, maka silahkan” tutur bapak itu yang menghujam
di hati Ustadz Umar.
Kata-kata itu adalah kata-kata akidah.
Yang tidak keluar4 kecuali dari kekuatan akidah antara seorang hamba
dengan Rabbnya. Beliau mungkin bukan orang pesantren dan ahli agama.
Namun akidahnya itu menunjukkan betapa besar keyakinan ia kepada
Allah.setioap orang tua membayangkan akan dikuburkan anaknya. Namun
orang tua ini berbeda. Dia kepingin menguburkan anaknya dalam keadaan
syahid.
Dan beliau senang apabila ada yang
membacakan Al-Qur’an atau hadits atau tentang kisah Nabi dan para
sahabat. Utsadz punterdiam saat diminta untuk membacakan salah satu
kisah sahabat. Bagaimana tidak tertegun. Orang yang kehilangan semua
anggota keluarganya kini berusaha untuk membahagiakan tamu dan ingin
dibacakan kisah sahbat. Lalu Ustadz Mita membacakan kisahnya Abdullah
bin Harom ketika ia meninggal.
baru bapak itu tersenyum dan berkata,
“Allah itu memilih anak saya karena Allah pasti tau bahwa tempat yang
saya sediakan untuk anak saya itu tidak seberapa baiknya tempat yang
Allah berikan untuk anak saya” tuturnya.[usamah]
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2013/12/04/27952/inilah-karomah-terbesar-yang-dimiliki-penduduk-muslim-suriah/#sthash.4f2HFGja.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar